New Releases by Muhammad Yunus

Tidakkah Anda malu menghadap Allah dalam keadaan penuh dengan kemaksiatan? Bisa saja haji Anda ditolak dan tidak diterima oleh-Nya. Jika haji Anda ingin disambut oleh Allah, maka laksanakanlah segala perintahnya, berhentilah menentang-Nya, tolaklah segala bentuk kezhaliman, dan bertaubatlah kepada-Nya dari segala kemaksiatan. Jangan menoleh ke belakang; seperti keluarga, harta, dan handai tolan, agar Anda dapat menghadap kepada-Nya dengan sepenuh hati, sebagaimana Anda menghadap kepada-Nya dengan fisik Anda. Sehingga, hati Anda, lahir dan batin berpadu menjadi satu. Sertailah masing-masing hati itu dengan keikhlasan. Jika tidak, maka perjalanan dengan keikhlasan. Jika tidak, maka perjalanan haji Anda hanya akan menghasilkan kelelahan, keletihan, dan dosa saja. Teriring doa, semoga haji mabrur. Amin Buku persembahan penerbit MaghfirahPustaka #MaghfirahPustaka

Buku Ajar Teori Pembelajaran ini disusun sebagai buku panduan komprehensif yang menjelajahi kompleksitas dan mendalamnya tentang ilmu teori pembelajaran. Buku ini dapat digunakan oleh pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di bidang ilmu teori pembelajaran dan diberbagai bidang Ilmu terkait lainnya. Buku ini juga dapat digunakan sebagai panduan dan referensi mengajar mata kuliah teori pembelajaran dan menyesuaikan dengan rencana pembelajaran semester tingkat perguruan tinggi masing-masing. Secara garis besar, buku ajar ini pembahasannya mulai dari pengantar dan hakikat belajar & pembelajaran, prinsip-prinsip dan faktor-faktor yang memengaruhi belajar. Selain itu, materi mengenai berbagai macam teori seperti teori behavioristik, kognitif, konstruktivistik, sosio-kultural, kecerdasan ganda, pemrosesan informasi, neuroscience, humanistik. Buku ini juga membahas materi motivasi pembelajaran, model-model pembelajaran, pembelajaran inovatif, evaluasi dan asesmen dalam pembelajaran. Buku ini disusun secara sistematis dengan penjelasan yang jelas, contoh soal, dan latihan untuk memperkuat pemahaman. Buku ini merupakan pegangan yang ideal bagi mahasiswa dan pendidik untuk menguasai ilmu teori pembejalaran dengan baik.

Buku "Metodologi Research and Development: Teori dan Penerapan Metodologi RnD" adalah panduan mendalam yang membahas prinsip dan praktik riset dan pengembangan (RnD). Buku ini dimulai dengan menjelaskan konsep dasar RnD, peran pentingnya dalam inovasi, dan hubungannya dengan metodologi penelitian. Pembaca akan dibimbing melalui tahapan-tahapan RnD, mulai dari identifikasi masalah atau kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, hingga teknik pengumpulan dan analisis data yang efektif. Pendekatan teoretis dan praktis ini memberikan fondasi yang kuat untuk merancang dan melaksanakan proyek RnD yang sukses. Selain teori, buku ini juga mengeksplorasi aplikasi praktis RnD dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Di bidang kesehatan, pembaca akan menemukan bagaimana RnD digunakan untuk pengembangan obat, teknologi medis, dan peningkatan layanan kesehatan. Sementara itu, di bidang pendidikan, buku ini membahas pengembangan kurikulum, teknologi pendidikan, dan metode pengajaran inovatif. Dengan demikian, buku ini menjadi sumber daya berharga bagi akademisi, peneliti, dan praktisi yang ingin memahami dan menerapkan metodologi RnD untuk menghasilkan solusi inovatif di berbagai bidang.

Buku ini menyoroti tentang aspek Inovasi dan Transformasi Perusahaan Digital (pondasi teknologi, model bisnis, dan proses) dan aspek lebih lanjut dari inovasi dan transformasi digital (sentrisitas pelanggan, kepemimpinan dan strategi, struktur dan tata kelola, orang dan keterampilan, dan budaya). Buku ini juga menyoroti tren lintas industri dan industri spesifik dalam inovasi dan transformasi digital dan kasus penggunaan digitalisasi. Di sini kita menyoroti beberapa temuan kunci dari kontribusi buku ini. Transformasi digital tidak boleh diadopsi untuk kepentingannya sendiri karena berfokus pada pemenuhan permintaan pelanggan dan persyaratan daripada mengejar tren terbaru, pelanggan mengharapkan penawaran digital ini, sehingga perusahaan yang tidak menawarkannya akan kehilangan pelanggan. Buku ini membahas kerangka kerja inovasi dan transformasi digital yang diperkenalkan di sini. Dimensi yang paling sering dibahas adalah pondasi teknologi dan model bisnis, yang juga merupakan definisi digitalisasi Gartner yang kita perkenalkan di awal. Yang penting lainnya, menurut jumlah kontribusi dalam buku ini, adalah kepemimpinan dan strategi, proses, budaya, serta struktur dan tata kelola. Semua bagian digitalisasi ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat sentrisitas pelanggan. Akhir kata semoga buku ini bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.

Literasi keuangan tidak hanya memengaruhi bagaimana seseorang mengelola uang dan mengatasi masalah keuangan, tetapi juga berimplikasi pada kemampuan individu untuk membuat keputusan keuangan. Literasi keuangan dan pengetahuan produk keuangan menjadi sangat penting bagi generasi milenial, karena mereka menghadapi keputusan keuangan yang memiliki konsekuensi penting sepanjang hidup mereka. Pilihan finansial yang dihadapi generasi milenial jauh lebih menantang daripada yang dihadapi generasi sebelumnya. Individu saat ini harus mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk keputusan meningkatkan pendidikan, berinvestasi, serta perencanaan pensiun. Pembahasan yang ada di dalam buku ini memberikan penjelasan mengenai pengaruh Literasi Keuangan dan Pengetahuan Produk terhadap Perilaku Menabung nasabah pekerja milenial melalui Fintech. Memahami determinan perilaku menabung pada pekerja generasi milenial dalam situasi saat ini akan membantu berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, dan lembaga keuangan), dengan didukung adanya kemajuan teknologi layanan keuangan perbankan yang bisa memberikan solusi pengelolaan penghasilan mereka dengan lebih baik, meminimalkan kesalahan pengelolaan keuangan, berinvestasi dan membuat perencanaan pensiun saat ini dan di masa depan. Buku ini disajikan dengan menggunakan bahasa yang sangat sederhana dan mudah untuk dipahami, sehingga pembaca bisa lebih cepat dan mudah memahami isi buku.

Muhammad Yunus, criador do microcrédito, idealizador do conceito de negócio social e vencedor do Prêmio Nobel da Paz pelo trabalho na mitigação da pobreza, é um dos críticos sociais mais incisivos da atualidade. Neste livro, ele afirma que é hora de admitir que o motor capitalista está quebrado – que, em sua forma atual, o sistema leva inevitavelmente à desigualdade desenfreada, ao desemprego em massa e à destruição do meio ambiente. Precisamos de um novo sistema econômico que desperte o altruísmo, tornando-o uma força criativa tão poderosa quanto os interesses pessoais. Sonho utópico? De forma alguma. Ao longo da última década, milhares de pessoas e organizações abraçaram a concepção de Yunus para um novo modelo capitalista e lançaram negócios sociais inovadores, projetados para atender às necessidades humanas em vez de gerar acúmulo de riquezas. Levam energia solar a milhões de lares em Bangladesh; transformam milhares de jovens desempregados em empreendedores que recebem investimentos; financiam empresas controladas por mulheres em cidades norte-americanas; trazem mobilidade, moradia e diversos serviços a pessoas pobres da zona rural da França; e criam uma rede global que apoia jovens empreendedores na abertura de startups. "Muhammad Yunus trocou a sala de aula por um vilarejo e descobriu que apenas 27 dólares eram suficientes para livrar dezenas de artesãos, vendedores e puxadores de riquixá das dívidas... Yunus estava apenas tentando ajudar um vilarejo, mas de alguma forma conseguiu mudar o mundo." — Barack Obama, ex-presidente dos EUA. Em Um mundo de três zeros, Yunus descreve a civilização derivada dos experimentos econômicos que seu trabalho inspirou. Ele explica como empresas globais como McCain, Renault, Essilor e Danone se envolveram com o novo modelo econômico por meio de grupos de ação social próprios, detalha as engenhosas ferramentas financeiras que hoje financiam negócios sociais e oferece um esboço das mudanças legais e regulatórias necessárias para dar impulso à próxima onda de inovações orientadas por questões sociais. E ele convida jovens, lideranças empresariais e políticas e cidadãos comuns a se unirem ao movimento e colaborarem na construção do mundo melhor que todos nós desejamos.

Buku yang berjudul, Relevansi Nilai Gontor bagi Pengembangan Karir Profesional: Pemikiran para Doktor dan Guru Besar Alumni, merupakan kumpulan refleksi para alumni Pondok Modern Gontor yang berprofesi sebagai akademisi di berbagai perguruan tinggi, pesantren dan lembaga pendidikan lain di Indonesia dan juga Malaysia. Karena kecintaan pada dunia akademik, setelah menamatkan pesantren, para penulis kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di dalam dan luar negeri sehingga dapat mencapai gelar doktor. Beberapa penulis bahkan kemudian meraih gelar Guru Besar. Dunia akademisi adalah salah satu dari sekian banyak profesi yang dipilih oleh para alumni Gontor. Dalam buku ini, para penulis membeberkan pandangan tentang berbagai nilai yang sudah Gontor tanamkan selama mereka menjadi santri dan memberikan dampak positif pada kehidupan pasca pesantren. Nilai-nilai tersebut berkaitan dengan berbagai aspek seperti kepemimpinan dan peningkatan sumber daya manusia, pendidikan, bahasa dan seni budaya, serta nilai-nilai pengembangan jiwa filantropi, sosial dan interkultural. Ditulis berdasarkan penghayatan mendalam terhadap pengalaman hidup semasa di pesantren, serangkaian tulisan dalam buku ini merupakan kristalisasi dari berbagai pengalaman hidup dalam dunia akademik. Pengalaman masa muda yang sangat menentukan jalan hidup para penulis sangat penting untuk menjadi inspirasi bagi orang lain, terutama anak muda generasi Islam. Meskipun topik dari rangkaian tulisan dalam buku ini beragam, sesuai dengan profesi yang mereka jalani, para penulis bersepakat bahwa pengalaman menjadi santri Gontor merupakan sebuah milestone terbaik dalam kehidupan. Kehidupan di pesantren menjadi good start dalam pengembangan kompetensi dan kepribadian sebagai generasi muda. Periode emas ini menentukan langkah mereka selanjutnya. Melalui goresan pena mereka, setiap penulis mengajak generasi muda, terutama umat Muslim, untuk berani menjadi santri. Seiring dengan pengakuan pemerintah akan kualitas proses pembelajaran di pesantren, santri sudah tidak lagi dianggap sebagai the second citizens. Para santri memiliki kualifikasi yang sejajar dengan warga lain yang belajar di luar pesantren. Lebih dari itu, dinamika kehidupan 24 jam di pesantren menjadi nilai plus dalam menumbuhkan solidaritas dan ukhuwah saat para penulis menjadi santri dan setelahnya. Untaian kisah inspiratif dalam buku ini diharapkan dapat menjadi stimulasi bagi para pembaca generasi muda untuk mengembangkan tekad dan kepercayaan diri untuk menjadi santri. Bagi para orang tua, inspirasi dalam buku ini dapat diwariskan kepada anak dan cucu kelak. Dalam era ‘post-secular turn’, menjadi santri dan belajar di pesantren adalah alternatif dan solusi cerdas dalam mengembangkan sumber daya manusia Indonesia. Pembinaan mental kemandirian dan kompetensi bahasa asing (Arab dan Inggris) para santri menjadi social capital yang penting dalam menjalani kehidupan sebagai global citizens.

Kegiatan KKN Mandiri 2021 ini kami laksanakan di Desa Pulantani Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara HSU. Kegiatan KKN dilaksanakan dari tanggal 04 Januari 2021 hingga 16 Februari 2021. Kegiatan utama kelompok 22 yang kami lakukan adalah pengembangan Ekowisata di Desa Pulantani. Selain itu kegiatan lainnya yaitu sosialisasi terkait kesehatan serta sosialisasi upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk mempertahankan Ekowisata yang direncanakan agar tetap berkembang.

Buku ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang strategi dan kebijakan yang terkait dengan pengembangan pariwisata. Kami akan membahas berbagai aspek penting yang terkait dengan industri pariwisata, mulai dari perencanaan strategis hingga pelaksanaan kebijakan yang efektif. Pariwisata modern berkembang secara cepat dan kompleksitasnya semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi dalam mengelola industri ini. Buku ini akan membantu Anda memahami kerangka kerja strategis yang diperlukan untuk mengembangkan pariwisata secara berkelanjutan, sambil mempertimbangkan berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi.

Las preguntas siguen recoge las conversaciones que el periodista Iñaki Gabilondo mantuvo con algunos de los pensadores más relevantes del momento (Naomi Klein, Karen Armstrong, Muhammad Yunus, Adela Cortina y Facundo Manes) con motivo del 75.o aniversario de Paidós en el marco del Hay Festival Digital Arequipa 2020. El mundo de la postpandemia necesita el análisis crítico y la capacidad de los grandes pensadores para abrir nuevos caminos que nos ayuden a enfrentar los desafíos del futuro con esperanza. Desde el peligro que supone la crisis climática, hasta la erradicación de la pobreza, el recorte de las libertades o el racismo, las conversaciones de este libro nos ofrecen una mirada lúcida a una realidad política, social y económica extremadamente compleja y nos revelan a su vez que ahora, más que nunca, es imprescindible plantear las preguntas adecuadas.

Nonprofits and the social sectors are taking on an increasing share of the world''s most vital work. Make sure your organization is ready for the challenge. If you read nothing else on nonprofits and the social sectors, read these 10 articles. We''ve combed through hundreds of Harvard Business Review articles and selected the most important ones to help you align your organization''s mission and strategy, deliver immediate impact, and create lasting change. This book will inspire you to: Choose the right problem to solve Understand when the best practices of for-profits don''t apply Assemble an engaged and goal-driven board of directors Make the most of for-profit initiatives and corporate partnerships Drive demand, scale up, and be ready to change course Learn from the success stories of the world''s most respected nonprofit leaders This collection of articles includes "Lofty Missions, Down-to-Earth Plans," by V. Kasturi Rangan; "What Business Can Learn from Nonprofits," by Peter F. Drucker; "Life''s Work: An Interview with Desmond Tutu"; "Are You Solving the Right Problem?" by Dwayne Spradlin; "Life''s Work: An Interview with George Mitchell"; "Enterprising Nonprofits," by J. Gregory Dees; "Life''s Work: An Interview with Wynton Marsalis"; "State Street''s CEO on Creating Employment for At-Risk Youths," by Joseph Hooley; "Life''s Work: An Interview with Salman Khan"; "Do Better at Doing Good," by V. Kasturi Rangan, Sohel Karim, and Sheryl K. Sandberg; "AEI''s President on Measuring the Impact of Ideas," by Arthur C. Brooks; "Life''s Work: An Interview with Michelle Bachelet"; "The New Work of the Nonprofit Board," by Barbara E. Taylor, Richard P. Chait, and Thomas P. Holland; "Life''s Work: An Interview with Bill T. Jones"; "Reaching the World''s Poorest Consumers," by Muhammad Yunus, Frederic Dalsace, David Menasce, and Benedicte Faivre-Tavignot; "Life''s Work: An Interview with Muhammad Yunus"; and "Audacious Philanthropy: Lessons from 15 World-Changing Initiatives," by Susan Wolf Ditkoff and Abe Grindle.

Nobel Prize recipient Muhammad Yunus profiles 20 Nobel Peace Prize laureates with Multi-Grammy-winning producer and New York Times bestselling author Kabir Sehgal, Monica Yunus, and Camille Zamora, teaching readers to incorporate lessons from each laureate''s life into their own. When Swedish chemist and engineer Alfred B. Nobel passed in 1896, he left several millions in his will to establish the Nobel Peace Prize, awarded annually in six concentrations: peace, literature, physics, chemistry, physiology or medicine, and economic science. Since its establishment, there have been over 130 Nobel Peace laureates selected, each bringing his/her own unique experiences and lessons forward as an example to others. In LEGION OF PEACE, Nobel Prize winner Muhammad Yunus, Kabir Sehgal, Monica Yunus, and Camille Zamora profile 20 prize recipients in a narrative accompanied by songs inspired by these great leaders, composed by Grammy-nominated children''s artist Lori Henriques Quintet and three-time Grammy-nominated pianist Joey Alexander. Through this lyrical narrative, the authors share stories of these laureates'' seemingly ordinary actions that transformed their lives and communities. The authors assign a superpower to each laureate that exemplifies the one basic principle that guided their actions, demonstrating to readers that all people from vastly different backgrounds can be connected by a common thread to come together to form a legion of peace.

The capitalist system, in its current form, is broken. Here, a Nobel Peace Prize-winner outlines his radical economic vision for fixing it. Eight individuals now own more wealth than 50 per cent of the global population, and high unemployment in many countries means that people’s skills, knowledge, and creativity are being wasted. Rampant environmental destruction only adds to this picture of a bleak future in which humankind will no longer be able to sustain itself. But what if there is another way? Muhammad Yunus is the economist who invented microcredit, founded Grameen Bank, and earned a Nobel Peace Prize for his work towards alleviating poverty. Here, he sets forth his vision to establish a new kind of capitalism, where altruism and generosity are valued as much as profit making, and where individuals not only have the capacity to lift themselves out of poverty, but also to affect real change for the planet and its people. A World of Three Zeroes offers a challenge to young people, business and political leaders, and ordinary citizens everywhere to embrace a new form of capitalism, and improve the world for everyone before it’s too late.

A winner of the Nobel Peace Prize and bestselling author of Banker to the Poor offers his vision of an emerging new economic system that can save humankind and the planet Muhammad Yunus, who created microcredit, invented social business, and earned a Nobel Peace Prize for his work in alleviating poverty, is one of today''s most trenchant social critics. Now he declares it''s time to admit that the capitalist engine is broken -- that in its current form it inevitably leads to rampant inequality, massive unemployment, and environmental destruction. We need a new economic system that unleashes altruism as a creative force just as powerful as self-interest. Is this a pipe dream? Not at all. In the last decade, thousands of people and organizations have already embraced Yunus''s vision of a new form of capitalism, launching innovative social businesses designed to serve human needs rather than accumulate wealth. They are bringing solar energy to millions of homes in Bangladesh; turning thousands of unemployed young people into entrepreneurs through equity investments; financing female-owned businesses in cities across the United States; bringing mobility, shelter, and other services to the rural poor in France; and creating a global support network to help young entrepreneurs launch their start-ups. In A World of Three Zeros, Yunus describes the new civilization emerging from the economic experiments his work has helped to inspire. He explains how global companies like McCain, Renault, Essilor, and Danone got involved with this new economic model through their own social action groups, describes the ingenious new financial tools now funding social businesses, and sketches the legal and regulatory changes needed to jumpstart the next wave of socially driven innovations. And he invites young people, business and political leaders, and ordinary citizens to join the movement and help create the better world we all dream of.

Nobel Peace Prize winner Muhammad Yunus advocates in this interview for a model of social business that uses the market system to deliver solutions for social ills. Yunus, renowned for his work developing microcredit and microfinance through Grameen Bank, explains the need for an economic approach focused on human selflessness and offers a new way out of our current economic crises.

Selected writings, interviews, and speeches of Muhammad Yunus, b. 1940, banker and founder of Grameen Bank in Bangladesh, and a Nobel Prize winner for peace in 2006.

Kamus Bahasa Indonesia - Arab u003e

In questi tempi di profonda crisi sentiamo sovente parlare di microcredito, decrescita, business sociali. Ma di cosa si tratta esattamente, e come facciamo a essere sicuri che non sia soltanto un''utopia? Muhammad Yunus, premio Nobel per la Pace, ci racconta come una banca possa essere un business sociale e nel contempo guadagnare abbastanza da mantenere dipendenti e struttura. E come tante altre aziende potrebbero supportare l''economia in un modo davvero sostenibile. Per loro e la società. Tratto da “Un mondo senza povertà”, pubblicato da Feltrinelli. Numero di caratteri: 98942

Papain is one of the proteolytic enzymes found in the latex of the leaves and of the green fruit of the papaya tree (Carica papaya L.). It''s known to be highly used in the several industry like food, medical, brewing and many more. Hence, the objective of this research is to study the stability of papain in aqueous organic solvent and secondly to purify the papain using the AmberliteTM XAD7HP as the reverse phase liquid chromatography adsorbent. The research is based on experimental lab research. The effects of different concentrations of the water-miscible organic solvents acetonitrile and ethanol on the stability of papain in aqueous solution were studied. Batch adsorption using AmberliteTM XAD7HP was carried out to purify papain from papaya juice. The purified papain was analysed using the Bradford assay, the proteolytic papain activity assay and SDS PAGE. As for conclusion the of the study. The result obtained proved that papain has exhibited higher stability in aqueous acetonitrile than in ethanol under small margin. Decreases in the activity of the enzyme were observed at organic solvent concentrations above 60%. Papain with high purity was achieved by adsorption using the AmberliteTM XAD7HP.

Las empresas sociales son un modelo de empresa innovador, que fomenta la idea de crear empresas para ayudar a resolver algún problema social y no para maximizar los beneficios. El objetivo de este modelo no es otro que hacer frente a las necesidades más acuciantes de la humanidad, sobre todo a la pobreza. Todas y cada una de las empresas sociales crean empleo, buenas condiciones de trabajo y, naturalmente, abordan una patología social específica, como la falta de escuelas, de atención sanitaria y de alimentos. La obra reúne estudios de casos y la sólida experiencia del profesor Yunus. Este “manual de las empresas sociales” es una lectura imprescindible para todas las personas dispuestas a emplear su creatividad para incidir de manera positiva y erradicar la miseria en su vecindario, su ciudad, su país y en el mundo.

Muhammad Yunus vive in uno dei paesi più poveri del mondo. Ad arginare gli effetti devastanti delle calamità naturali, della malnutrizione, della povertà strutturale, dell''analfabetismo e della alta densità di popolazione, in Bangladesh, non sono bastati i trenta miliardi di dollari degli aiuti internazionali. E'' difficile, quindi, immaginare che l''Occidente abbia qualcosa da imparare da questo paese. Eppure, è nata qui la Grameen Bank e con essa un''idea per far sparire la povertà dalla faccia della terra. Il professor Yunus ha trovato il modo, accordando minuscoli prestiti ai diseredati della terra, di fornire al 10% della popolazione - bengalese (dodici milioni di persone) gli strumenti per uscire dalla miseria, e di trasferire poi la sperimentazione del microcredito dal Terzo mondo ai poveri di altri paesi. La banca presta denaro, a tassi bonificati, solo ai poverissimi: in questo modo coloro che non potevano ottenere prestiti dai tradizionali istituti di credito (e sono state in maggioranza donne) vengono messi nella condizione di affrancarsi dall''usura, di allargare la propria base economica e di prendere in mano il proprio destino. Questo libro, che è già un bestseller e che ha ispirato un film, ci racconta come è stato possibile realizzare tutto ci".

Con Il banchiere dei poveri ha raccontato la storia straordinaria della fondazione della Grameen Bank e ha mostrato come il sistema del microcredito sia capace di sottrarre milioni di persone alla miseria e allo sfruttamento. Da allora ha esteso il raggio d’azione di Grameen dal campo strettamente finanziario a quelli dell’alimentazione, dell’educazione, dell’assistenza sanitaria, delle telecomunicazioni. Oggi il premio Nobel per la pace Muhammad Yunus è pronto per una nuova sfida: proporre quell’esperienza come un modello e un punto di riferimento per riuscire finalmente ad estirpare la piaga della povertà mondiale. La sfida si può vincere, secondo Yunus, con lo sviluppo e la diffusione del “business sociale”: un nuovo tipo di attività economica che ha di mira la realizzazione di obiettivi sociali anziché la massimizzazione del profitto. Non elemosina, dunque, né aiuti pubblici gestiti il più delle volte con criteri oscuri e inutili complessità burocratiche. Al contrario, il business sociale è una forma di iniziativa economica capace di attivare le dinamiche migliori del libero mercato, conciliandole però con l’aspirazione a un mondo più umano, più giusto, più pulito. Sembra un sogno a occhi aperti. Ma è un sogno che ha aiutato il Bangladesh quasi a dimezzare il suo tasso di povertà in poco più di trent’anni. E che comincia a coinvolgere multinazionali, fondazioni, banche, singoli imprenditori, organizzazioni no profit in ogni parte del mondo. Una rivoluzione sociale ed economica ancora silenziosa, ma che può rappresentare una speranza concreta di risolvere finalmente il problema più grave che affligge il mondo d’oggi: la povertà.

Yunus, the practical visionary who pioneered microcredit and, with his Grameen Bank, won the 2006 Nobel Peace Prize, has developed a new dimension for capitalism which he calls "social business." In this text, he shows how social business can be put into practice and explains why it holds the potential to redeem the failed promise of free-market enterprise.